ANTONIO BLANCO: PROFIL seniman KEBANGGAAN BALI
Antonio Maria Blanco lahir di Filipina pada tahun 1911. Sejak sekolah, bakat seni dalam diri Antonio Blanco sudah terlihat. Ia pun memutuskan untuk berkuliah di National Academy of Art yang berada di New York, Amerika Serikat.
Ketertarikannya terhadap subyek anatomi tubuh terlihat dalam karya-karyanya. Lulus kuliah, Antonio Blanco sempat bekerja di Florida dan California. Tapi, ia tetap punya keinginan untuk menjelajah pulau-pulau di kawasan Asia Pasifik yang akhirnya membuatnya berlayar ke Hawai, Jepang, dan Kamboja. Tahun 1952 Antonio mendarat di Bali dan saat melihat Ubud, ia sangat terpesona dengan keindahan alamnya.
Ia mulai bergaul dengan masyarakat Ubud hingga kemudian menetap disana. Ketertarikannya pada seni juga mempertemukan Antonio dengan penari cantik asal Bali bernama Ni Rondji. Mereka pun menikah pada tahun 1953 dan dikaruniai empat orang anak. Selama hidup di Bali, Antonio menciptakan banyak karya lukisan yang menggambarkan tubuh manusia khususnya perempuan. Hal ini bukan tanpa alasan, Antonio merasa bahwa perempuan adalah sosok yang penuh pengorbanan dengan kemampuan mengandung dan melahirkan seorang anak manusia.

Sepanjang kariernya, Antonio menerima berbagai penghargaan, termasuk diantaranya Tiffany Fellowship (penghargaan khusus dari The Society of Honolulu Artists), Chevalier du Sahametrai dari Cambodia, Society of Painters of Fine Art Quality dari Presiden Soekarno dan Prize of the Art Critique di Spanyol. Antonio juga menerima penghargaan Cruz de Caballero dari Raja Spanyol Juan Carlos I yang memberikannya hal untuk menyandang gelar "Don" di depan namanya.
Banyak kolektor yang menghargai karya-karya lukisnya, seperti aktris Ingrid Bergman, ratu telenovela Mexico Thalía (Ariadna Thalía Sodi Miranda), Soekarno (Presiden pertama Indonesia), Soeharto (Presiden kedua Indonesia), mantan Wakil Presiden Indonesia Adam Malik, Pangeran Norodom Sihanouk, Michael Jackson (penyanyi yang dijuluki Raja Pop Dunia yang sempat membubuhkan tanda-tangannya pada sebuah lukisan sebagai sebuah donasi untuk Children of the World Foundation), dan masih banyak lagi.
Keinginan Antonio untuk suatu hari nanti memiliki museum akhirnya mulai terwujud juga dan diberi nama The Blanco Renaissance Museum. Museum yang mulai dibangun pada 28 Desember 1998 di lingkungan kediamannya yang asri itu kini berdiri megah, menyimpan lebih dari 300 karya Antonio dan secara kronologis memperlihatkan pencapaian estetik dari Antonio muda hingga yang paling mutakhir. Secara arsitektural, bangunan museum yang berkesan rococo itu juga menawarkan filosofi dan kearifan Bali.

Bahkan, Presiden pertama Indonesia yaitu Soekarno dikabarkan sering mengunjunginya untuk melihat dan mengobrol tentang hasil karya lukisan-lukisannya. Antonio meninggal pada tahun 1999, tapi setahun sebelumnya ia sempat mendirikan museum lukisan miliknya. Sayangnya, ia tidak sempat ikut serta dalam acara peresmiannya pada tahun 2001
Don Antonio Maria Blanco meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 1999 di Denpasar, Bali, akibat penyakit jantung dan ginjal yang dideritanya. Ia meninggalkan seorang istri dan empat orang anak: Cempaka, Mario, Orchid dan Mahadewi. Semenjak Antonio telah menjadi penganut Hindu, upacara persiapan kremasi ala Bali untuknya diadakan di sebuah rumah peristirahatan jenazah di Campuhan, Ubud, yang diikuti dengan rentetan upacara lainnya semenjak tanggal 23 Desember 1999. Peristiwa pembakaran mayatnya sendiri (Ngaben) baru terjadi pada tanggal 28 Desember 1999.